Senin, 01 Februari 2016

Bemo, Kendaraan Beroda Tiga dari Daihatsu

Tidak banyak yang mengetahui bahwa bemo adalah kendaraan beroda tiga buatan Daihatsu, yang di Jepang dikenal dengan nama Daihatsu Midget. Tidak diketahui secara pasti mengapa kendaraan beroda tiga itu di Indonesia kemudian diberi nama bemo. Ada yang menyebutkan bahwa nama bemo itu merupakan kependekan atau singkatan dari becak motor. Tidak diketahui, apakah kenyataan sebenarnya memang seperti itu, mengingat di Jakarta juga pernah muncul becak motor, yang diberi nama mobet (motor betjak, ejaan lama). Namun, pada tahun 1951, pernah ada kendaraan beroda tiga buatan Daihatsu yang diberi nama Daihatsu Bee. Daihatsu Midget mulai dipasarkan pada tahun 1957. Namun, Daihatsu Midget baru masuk ke Indonesia pada masa awal Orde Baru berdiri, tepatnya pada tahun 1968. Dan, yang masuk ke Indonesia itu adalah Daihatsu Midget keluaran tahun 1961. Daihatsu Midget yang kemudian diberi nama bemo digunakan sebagai angkutan kota (rute dekat) pengganti opelet yang dianggap sudah tidak efisien lagi. Opelet umumnya adalah modifikasi dari mobil-mobil Eropa, antara lain Morris Minor dan Opel, yang waktu itu usianya sudah lebih dari 10 tahun. Masuknya bemo tentu saja disambut baik karena dianggap sangat irit dalam mengonsumsi bahan bakar, terutama bila dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar Morris Minor. Bersamaan dengan masuknya Daihatsu Midget ke Indonesia, juga masuk Mazda Transporter 360 yang beroda tiga, yang sosoknya mirip dengan Daihatsu Midget. Namun, kendaraan beroda tiga buatan Mazda itu tidak dapat bersaing dengan kendaraan beroda tiga buatan Daihatsu karena harga jualnya lebih mahal. Di Indonesia, Daihatsu Midget memang dijadikan kendaraan umum, tetapi dalam iklannya, pengendaranya adalah seorang pria yang mengenakan setelan jas lengkap dengan dasinya. Dan, iklan itu dilengkapi tulisan, shift into thrift with Daihatsu Trimobile (berubah menjadi hemat dengan Daihatsu Trimobile). Bensin campur Daihatsu Midget berukuran panjang 2,15 meter, lebar 1,27 meter, dan tinggi 1,60 meter, serta bobot kosong 475 kilogram. Daihatsu Midget menyandang mesin dua tak (dua langkah) dengan kapasitas 500 cc, yang menggunakan bensin campur sebagai bahan bakar. Itu sebabnya, bemo mengeluarkan asap dari knalpotnya, yang merupakan sisa dari pembakaran oli yang dicampur dengan bensin. Pada masa-masa awal, kecepatan Daihatsu Midget bisa dipacu hingga 100 kilometer per jam. Kini, di saat usianya memasuki tahun ke-46, Daihatsu Midget alias bemo mungkin masih bisa dipacu mendekati 100 kilometer per jam, tetapi tentunya dengan susah payah dan memerlukan waktu yang lama. Di masa lalu, mesin dua tak sangat populer. Selain harganya lebih murah, perawatannya pun lebih mudah karena mesinnya lebih sederhana. Namun, sejalan dengan kemajuan teknologi, maka mesin empat tak pun semakin murah, andal, dan mudah perawatannya. Dan, yang terpenting adalah mesin empat tak itu jauh lebih hemat dalam mengonsumsi bahan bakar dan gas sisa pembakaran (emisi)-nya lebih ramah lingkungan ketimbang mesin dua tak. Itu sebabnya, mesin dua tak perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Di Indonesia, komponen-komponen mesin Daihatsu Midget mungkin masih bisa dibuat, tetapi campuran metal (logam) yang digunakan tentunya sudah jauh ketinggalan zaman. (JL)